Gedung Pondok Pesantren

Suasana belajar

Suasana belajar

Selasa, 05 Mei 2009




kegiatan maulid nabi Muhammad yang telah diselenggarakan di Pondok pesantren dengan dihadiri para ulama dan tokoh masyarakat serta jama'ah majelis ta'lim se keluarahan.

MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN PESANTREN

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam penyelenggaraan Pondok Pesantren, ada beberapa faktor yang berperan dalam sistem penyelenggaraan Pondok Pesantren yaitu, manajemen sebagai faktor Upaya, organisasi sebagai faktor Sarana, dan administrasi sebagai faktor karsa. Ketiga faktor ini memberi arah dan perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan penyelenggaraan, mengawasi serta menilai pelaksanaan kebijakan kebijakan dalam usaha menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang sesuai dengan tujuan Pondok Pesantren masing-masing.

Dalam mengelolaan Pondok sebagai suatu lembaga Pendidikan, peran Kyai sangat besar dalam menentukan tujuan dan kegiatan yang harus dilakukan. Keadaan ini telah menjadikan hampir seluruh pengelolaan sumberdaya baik fisik ataupun finansial banyak ditangani langsung oleh Kyai atau oleh Keluarga Kyai dengan bantuan Santri yang dipercaya untuk melaksanakan kegiatan keseharian dan pendidikan Pondok Pesantren. Secara umum, kepengurusan dalam Pesantren terdiri dari kyai, guru/ustadz, pengurus Pondok Pesantren, pimpinan unit-unit kegiatan dan tenaga kesekretariatan Pondok Pesantren.

Pesantren sebagai salah satu lembaga yang telah diakui oleh pemerintah. Merujuk pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, posisi dan keberadaan Pesantren sebenarnya memiliki tempat yang istimewa. Namun, kenyataan ini belum disadari oleh mayoritas masyarakat muslim,. Karena kelahiran Undang-undang ini masih amat belia dan belum familiar dikalangan Pesantren di Indonesia. Keistimewaan Pesantren dalam sistem pendidikan nasional dapat kita lihat dari ketentuan dan penjelasan pasal-pasal dalam Undang-udang Sisdiknas sebagai berikut:

Dalam Pasal 3 UU Sisdiknas dijelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ketentuan ini tentu saja sudah berlaku dan diimplementasikan di Pesantren.. Pesantren sudah sejak lama menjadi lembaga yang membentuk watak dan peradaban bangsa serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang berbasis pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia. Sehingga format Pesantren kedepan haruslah mampu bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain dengan menata kembali manajemen yang sejalan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman.

Kita menyadari bahwa di banyak Pesantren masalah keuangan selalu menjadi kendala dalam melakukan aktivitas Pesantren, baik yang berkaitan dengan angaran, akutansi, penataan administrasi, alokasi serta kebutuhan pengembangan Pesantren maupun dalam proses aktivitas keseharian Pesantren. Tidak sedikit Pesantren yang memiliki sumberdaya baik manusia maupun alamnya tidak tertata dengan rapi, dan tidak sedikit pula proses pendidikan Pesantren berjalan lambat karena kesalahan dalam penataan menejemen keuanganya.

Sebagai implementasi dari paradigma manajemen pendidikan yang ada di indonesia, MBS Manajemen Berbasis Sekolah, masalah keuangan dan pembiayaan menjadi lebih banyak di atur oleh lembaga pendidikan itu sendiri, tidak terkecuali Pesantren. Walaupun sebenarnya Pesantren dari dahulu sejak awal berdirinya memang adalah lembaga yang mandiri dalam penataan manajemenya. Namun alangkah lebih baik jika Pesantren bisa mengadopsi penataan manajemen yang bisa membawa kemaslahatan umat. Hal ini tentunya tidak terlepas dari prinsip Pesantren, (a-lmuhafadhoh ‘ala al-qodim as-sholih – wa al-akhdu bi al-jadid al-ashlah) menjaga tradisi lama yang bermangfaat dan mengadopsi hal-hal baru yang banyak membawa mashlahat.

Oleh karena itu dalam makalah kita kali ini penulis akan membahas tentang bagaimanakah membentuk manajemen keuangan pendidikan Pesantren yang ideal. Yang dalam pembahasan ini meliputi:

Ø Prosedur angaran

Ø Prosedur akutansi keuangan

Ø Pembelanjaan

Ø Prosedur investasi

Ø Dan prosedur pemeriksaan

Ø Serta studi kasus di Pesantren PPAI Darunnajah, ngijo karangploso Malang



A) Prosedur Angaran.



Prosedur Anggaran merupakan suatu langkah perencanaan yang fundamental, Jadi Anggaran atau budget adalah sebagai suatu rencana operasi dari suatu kegiatan atau proyek yang mengandung perincian pengeluaran biaya untuk periode tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Adapun fungsi pengangaran adalah proyeksi kegiatan finansial yang diperlukan guna mencapai tujuan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi (perusahaan, yayasan, atau pondok Pesantren, dll).

Untuk Penyusunan anggaran secara umum dalam lembaga pendidikan perlu dikembangkan dalam format-format yang meliputi:

1. Sumber Pendapatan

2. pengeluaran untuk kegiatan belajar mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, bahan-bahan dan alat pelajaran, honorarium dan kesejahteraan.

Kegiatan di atas meliputi empat fase kegiatan pokok prosedur penganggaran keuangan, sebagai berikut.

l. Perencanaan angaran, merupakan kegiatan mengidentifikasi tujuan, menentukan prioritas, menjabarkan tujuan kedalam operasional yang terukur, serta adanya analisis yang terarah dalam pencapaian tujuan, serta membuat rekomendasi alternativ untuk mencapai sasaran

ll. Persiapan anggaran, yaitu adanya kesesuaian anggaran yang telah ada dengan segala bentuk kegiatan Pesantren, baik pendistribusian, progam pengajaran yang akan dicanangkan serta adanya inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang tersedia

lll. pengelolaan pelaksana anggaran, prosedur yang harus di terapkan dalam pelaksana anggaran adalah, adanya pembukuan yang jelas dan teratur, pembelanjaan dan transaksi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ada. Perhitungan yang jelas dan terencana, pengawasan prosedur kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melakukan serta membuat laporan keuangan sebagai bentuk pertangungjawaban keuangan terhadap lembaga.

lV. Menilai pelaksanaan anggaran, dari semua anggaran yang telah dibuat dan diaplikasikan ke taraf pendidikan praktis, perlu adanya evaluasi sebagai rekomendasi untuk perbaikan manajemen dan anggaran yang akan datang.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis masyarakat tentu bisa saja menerima sumber dana dari berbagai sumber, hal ini sejalan dengan UU Sisdiknan Pasal 55 ayat (3) yang berbunyi, Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengangaran keuangan adalah menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya antara pendapatan dan dan pengeluaran harus berimbang dan diupayakan tidak terjadi aggaran pendapatan minus



B). Prosedur Akutansi Keuangan



Akuntansi keuangan adalah suatu sistem yang terdiri dari metode dan catatan-catatan yang dibuat untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan keuangan –keuangan organisasi dan menyelengarakan pertanggungjawaban..

Sebuah organisasi tentunya membutuhkan pengelola keuangan untuk memastikan tertopangnya kegiatan operasional dari aspek pendanaan, Tidak terkecuali Pesantren. Akutansi adalah pembukuan, pengaturan atau pengurusan. Di setiap Pesantren memerlukan dana yang cukup untuk menjalankan sejumlah program kegiatan dalam periode tertentu. Seperti halnya organisasi-organisasi umum lainnya, dana yang dimiliki Pesantren harus diatur dan dicatat sedemikian rupa agar jelas arus masuk dan keluarnya, termasuk ketepatan penggunaannya. Pencatatan dan pengelolaan dana yang baik menjadi kegiatan yang penting sebagai wujud pertanggungjawaban Pesantren.. Pada dasarnya pelaksanaan akuntannsi keuangan hanya meliputi penerimaan atau pemasukan dan pengeluaran

Dalam melakukan akutansi keuangan, Pesantren perlu menegakan prinsip-prinsip keadilan, efisiensi, transparasi, dan akuntabilitas publik. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 48. selanjutnya pembahasan mengenai akutansi keuangan ini meliputi:

1. Penerimaan atau pemasukan

Pemasukan keuangan Pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita klasifikasi sebagai dana langsung dan dana tidak langsung. Dana tidak langsung adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan peserta dididk dalam mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren, seperti penyesuaian waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika guru atau peserta didik mengunakanya untuk bekerja, dan juga perhitunganya dengan transportasi, dan biaya hidup. dana ini memang sulit sekali dihitung karena tidak ada catatan resminya. Namun dalam perencanaan biaya ini turut dihitung. Dana langsung, adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber yang sah.

2. Pengeluaran

Alokasi dari dana pendapatan Pesantren harus pula diatur secermat mungkin. Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara umum di lembaga-lembaga pendidikan kita,

a) Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dan digunakan untuk pembangunan dan pembenahan sarana fisik lembaga, dana ini di sesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di lembaga pendidikan tersebut.

b) Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untuk biaya operasional satu tahun anggaran. Dana rutin pengunaanya meliputi pelaksanaan progam belajar mengajar, pembayaran gaji guru maupun personil, serta pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana lembaga pendidikan.

Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung total cost atau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit cost merupakan nilai satuan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang pendidikan.

Berdasarkan akutansi keuangan di Pesantren, ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh bendaharawan Pesantren:

1. membuat laporan keuangan kepada Pesantren dan komite Pesantren untuk di cocokan dengan rancangan anggaran Pesantren

2. menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti pembayaran pajak bila ada

3. kwitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan penerimaan berupa tanda tangan penerima atau bukti pengeluaran yang lain

4. menunjukan neraca keuangan untuk di periksa oleh tim penangungjawaban keuangan dari yang bersangkutan.

Hal-hal yang perlu di persiapkan oleh bendaharawan Pesantren meliputi :

ü buku kas umum

ü buku persekot atau uang muka

ü daftar potongan-potongan

ü daftar honoranium

ü buku tabungan

ü buku iuran atau kontrbusi santri

ü buku catatan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga

C). Pembelanjaan

pembelanjaan dalam arti luas, yaitu Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.

Sedangkan prinsip dari manajemen adalah dalam memperoleh maupun dalam menggunakannya atau mengalokasikan dana harus didasarkan pada pertimbanggan efesiensi dan efektivitas. Dalam manajemen terkandung fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan dan pengendalian.

Ditarik dari kesimpulan diatas, pembelanjaan mempunyai fungsi. sebagai Fungsi penggunaan dana atau pengalokasian dana Maksudnya bahwa setiap rupiah dana yang tertanam harus dapat digunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi. Fungsi penggunaan dana meliputi perencanaan dan pengendalian penggunaan aktiva baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap.

Aktiva tetap adalah aktiva yang berubah menjadi kas memerlukan waktu lebih dari satu tahun dan merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva relative permanen. Aktiva tetap ini disebut juga aktiva berwujud (tangible assets) karena ada secara fisik. Aktiva ini dimiliki dan digunakan oleh organisasi serta tidak untuk dijual karena sebagai bagian dari operasional normal. Sedangkan Aktiva lancar adalah aktiva yang secara normal berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau kurang seperti dana pemasukan yang ada baik donatur atau usaha pondok Pesantren, dan manajer keuangan harus mengambil keputusan investasi (investment decision), Fungsi pemenuhan kebutuhan dana, atau fungsi pendanaan (financing; obtaining of funds)



D). Prosedur Investasi



Dana yang diperoleh Pesantren, baik dari pemerintah (jika ada), pemerintah daerah dan masyarakat, sebagaimana dalam UU Sisdiknas, Pasal 46 no. 1 tahun 2003. perlu di kelola dengan baik, salah satu bentuk pengelolaan yang paling efisien adalah dengan menginvestasikan.

Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik, pembukaan lahan, atau kopontren. Investasi memiliki dua jenis yaitu:

1. Permanen, artinya permodalan itu sifatnya harus tetap ada dalam organisasi yang terkait untuk menjalankan fungsinya.. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal permanen dari pengasuh atau pengelola Pesantren saja.

2. Variabel, artinya permodalan yang jumlah pendapatannya tidak menetap karena harus disesuaikan dengan perubahan pendapatan dan keadaan penyokong dana. Dalam hal ini Pesantren mendapatkan modal variable dari para donatur kemasyarakatan ataupun dari donator alumnus Pesantren dan para wali santri dan lain-lain.



E). Prosedur Pemeriksaan Atau Pengawasan



Menurut Murdick prosedur Pengawasan atau pemeriksaan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan meskipun bagaimanapun rumit dan luasnya cakupan dalam suatu organisasi sedangkan metode yang di gunakan adalah:

1. Penentuan standar

Yang dimaksudakan adalah batasan-batasan mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu kegiatan. Misalnya suatu kegiatan direncanakan terlaksana 90% dari keseluruhannya maka apabila sama atau lebih dari 90% maka dikatakan sesuai dengan standar. Sebaliknya, apabila kurang dari 90% maka dianggap tidak sesuai dengan standar.

2. Mengadakan pengukuran

. Dalam hal ini pemimpin tidak boleh percaya bergitu saja kepada bawahannya karena dikuatirkan laporan yang ada tidak sesuai dengan yang realita. dua cara dalam pengukuran. Pertama, Teknik tes, yang dilakukan untuk mengetahui aspek yang nyata terjadi. Misalkan : Ditanya tentang kejadian yang riil terjadi dilapangan. Kedua, Teknik non tes yang digunakan untuk mengetahui keseluruhan aspek yang tidak dapat dijangkau oleh teknis tes. Seperti, bagaimana kinerja para anggotanya kemudian disesuaikan dengan evaluasi dari para anggota. Selanjutnya yang dilakukan adalah menyesuaikanya dengan ketentuan yang telah berlaku. Dan hasilnya digunakan untuk umpan balik (feedback) berupa revisi, atau modifikasi.



F). Studi Kasus



Setelah kita memahami sedikit pemaparan tentang manajemen keuangan Pesantren, selanjutnya penulis akan menjelaskan sedikit tentang menajemen keuangan yang ada di Pesantren semi modern asuhan K.H Mokhtar ghozaly PPAI Darunnajah Karangploso Malang

Sebenarnya manajemen keuangan di pondok ini tidak jauh berbeda dengan pondok-pondok semi modern lain namun dari segi kematangan sepertinya lebih ungul dari pondok-pondok sekitar. Perintisan PPAI Darun Najah dimulai sejak tahun 1970
Para pelopor pendirian PP Darun Najah ini memiliki visi yang sama dalam hidup yaitu ingin mengabdikan ilmunya kepada masyarakat melalui lembaga pendidikan Islam. Dan memberikan pendidikan berbasis masyarakat bawah.

Dana keuangan Pesantren pada awal mulanya memang bersifat swadana dari masyarakat, orang tua, dan yang paling besar adalah kyai. Namun untuk saat ini, karena telah memiki pendidikan kesetaraan Pesantren ini mendapat subsidi dari pemkab untuk pengadaan pendidikan kesetaraan paket B dan C.

Sistem managemen keuangan di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah bersifat terbuka dan transparan. Setiap satu bulan sekali dibuat laporan bulanan untuk dana operasional dan dana yang ditarik dari SPP. Sedangkan setiap catur wulan untuk dana non SPP .

Semua jenis keuangan harus disetor ke Bendahara, sedangkan dana yang dikeluarkan atas persetujuan pengasuh. Lalulintas keluar masuk dana harus melalui rekening Bank yang telah ditentukan. Pesantren PPAI Darun Najah memiliki tiga rekening bank untuk pos-pos keuangan dibawah ini :

1. Rekening Bank BNI syari’ah cabang Malang untuk pos dana operasional dengan sumber dana dari SPP.

2. Rekening Bank Muamalat cabang Malang untuk pos dana cadangan dan bantuan.

3. Rekening Bank Mandiri syari’ah Cabang Manado untuk pos dana hasil usaha.

Sebulan sekali penerimaan dan anggaran belanja diperiksa oleh pengasuh. Setahun sekali dibuat rekapitulasi keuangan sehingga dari sini dapat diketahui secara total kondisi keuangan dalam satu tahun. Setahun sekali pengasuh bersama bendahara membuat RAPBP (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pesantren). RAPBP ini dibahas dalam rapat pengurus pondok Pesantren dan selanjutnya di bawa dalam rapat BP3 (Badan Pertimbangan Pondok Pesantren) untuk mendapat masukan dan persetujuan.

Dana rutin yang di keluarkan oleh Pesantren setiap bulanya adalah sekitar 5,7 juta dan Bentuk anggaran yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

Berangkat dari kenyataan yang ada, jelas Pesantren di masa kini dituntut untuk berbenah, menata diri dalam mengahadapi persaingan ilmu pengetahuan maupun pengelolaan pendidikan seperti yang telah dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Tapi menurut hemat penulis perubahan dan pembenahan yang dimaksud hanya sebatas menejemen, bukan coraknya apalagi berganti baju dari corak salafiyahnya, karena hal itu hanya akan menghancurkan nilai-nilai positif Pesantren seperti yang banyak terjadi sekarang ini, lulusannya banyak yang ora iso ngaji.

Maka, idealnya Pesantren ke depan harus bisa mengimbangi tuntutan zaman dengan mempertahankan tradisi dan nilai-nilai kesalafannya. Mempertahankan pendidikan khas Pesantren khususnya kitab kuning, dan memasukanya sebagai pelajaran wajib santri dari Ibtidaiyah sampai Aliyah dengan memberikan kurikilum tambahan atau kegiatan extra, seperti kursus computer, bahasa inggris, dan program paket A, B dan C untuk mendapatkan Ijazah formalnya, serta pembelajaran-pembelajaran skill aplikatif yang nantinya dibutuhkan santri dalam bermasyarakat.

Dan nampaknya, untuk saat ini konsep Pesantren dengan boarding school-nya menjadi alternatif pilihan sebagai model pengembangan pendidikan masa depan. Pemerintah diharapkan semakin serius dalam mendukung dan mengembangkan konsep pendidikan berbasis Pesantren seperti ini. Sehingga, Pesantren menjadi lembaga pendidikan yang maju dan bersaing dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berbasis pada nilai-nilai spiritual yang handal............ wallohu a’lam bi as-showab.

Minggu, 19 April 2009

Latar belakang berdiri


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) kemudian ia akan tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Orang tua dan lingkungan yang akan membentuk kepribadian dan akhlaknya. Keduanya merupakan pilar penting dan bertanggung jawab terhadap baik dan buruknya sang anak kelak. Bila anak tumbuh tanpa bimbingan menjadi anak tanpa harapan dan tujuan. Karena itu anak perlu dibekali dengan sesuatu yang akan menjadi pedoman dan bekal kehidupan dimasa yang akan datang. Perbekalan yang paling berharga adalah ilmu dan keterampilan, baik ilmu umum maupun agama. Untuk terwujudnya keseimbangan hidup mental spiritual maka diperlukan perbekalan ilmu agama agar sang anak tumbuh dan berkembang dengan ketaqwaan dan kesalehan. Sebagai sebuah Pondok Pesantren Asy-syari’iyyah yang didirikan pada I Muharram 1430 H. sangat mengerti dan memahami betapa penting dan berharganya bekal agama bagi kehidupan. Dalam rangka tujuan itu. Maka kini di buka Pondok Pesantren ( Gratis / tanpa dikenai biaya ). Dengan beberapa keunggulan dan spesialisasi. Santri akan diarahkan untuk mengerti Islam dan ilmu pengetahuan, Santri akan diarahkan dan cinta dengan lingkungan Al-Qur’an dan Ilmu Agama., dan Santri mampu mengembangkan dirinya sebagai abdi masyarakat, khususnya dalam bidang agama dan menjawab tantangan zaman. II. VISI Menjadikan Sebuah Lembaga Dambaan Umat, Yang Ungul, Mandiri dan Peduli Terhadap Dhuafa , Berkahlakul Karimah, Bertaqwa, Dan Menguasai Ilmu Agama Secara Praktis Dan Teoritis. III. Misi 1. Menciptakan generasi Islam yang berkualitas, mandiri dan produktif 2. Memiliki dasar-dasar keislaman yang kokoh baik mental, spiritual maupun intelektual. 3. Membuka jaringan sosial yang efektif dalam pengembangan SDM (Santri atau anak didik). 4. Mengembangkan dan menggali potensi kebutuhan dasar Santri atau anak didik sebagai kodrat manusia yang unggul dalam mengemban misi da’wah Islamiyah.

investasi akhirat


Kami dari Pondok pesantren As-Syari'iyyah membuka peluang besar bagi anda yang memiliki kepedulian terhadap generasi bangsa yang kurang mampu dan putus sekolah. untuk bisa memberikan donasi membantu mereka mewujudkan mimipi-mimpi menjadi nyata.

Visi kami adalah bagaimana mewujudkan generasi yang memiliki kualitas-kualitas keilmuan, kepemimpinan, kemandirian dan siap memberikan kemaslahan pada umat.

Target kami adalah:

* Mampu membaca dan memahami Kitab Kuning (materi: Jurumiah, Alfiyah dan Tashrifan, dll) sebagai kaidah memahami bahasa arab.
* Tahfizh Qur'an 30 Juz
* Mampu berkomunikasi Bahasa Arab dengan baik dan lancar
* Mampu berkomunikasi Bahasa Inggris dengan baik dan lancar
* Menguasai dan mampu mengoperasikan komputer dengan lancar
* Memiliki keterampilan kepemimpinan (leadershif), dan komunikasi massa
* Memiliki karakter/jiwa entrepreneur
* dll

Demi mewujudkan keberhasilan dan tercapainya hal tersebut di atas, kami tidak bisa bregerak sendiri, kami membutuhkan keikutsertaan para dermawan, hartawan dan orang-orang yang terpanggil hatinya untuk bergerak maju mendukung demi terbentuknya generasi yang membawa perubahan dan menjadi rahmatalil’alamin.

Atas dukungan dan keikutsertaan untuk menjadi donatur sangat berarti bagi terbentuknya generasi harapan dan pembawa pencerahan bagi masyarakat.

Semua yang anda berikan saya yakin akan menjadi investasi yang kekal dan memberikan anda derajat yang mulia di sisi Sang Khalik Allah SWT dan kebaikan anda yang tidak akan pernah berhentii pahalanya. Doa kami semoga apa yang anda cita-citakan diberikan kemudahan Allah SWT. Aamiin.

Wassalamu’alakum Wr.Wb

Jazakumulloh Khaironkatsiiron

KH. Komaruddin

Pimpinan Pondok Pesantren

Hubungi kami di…

021-91137052 ( KH. Komaruddin )

021- 94926408 (Ustd. Khozinnatulasrori )

0856-1622429 (Ustd. Syahrulloh, S.Ag )

Jumat, 13 Maret 2009

Sebuah Ketauladanan

Keteladanan Sang Nabi
Pada suatu hari diberitakan ada keluarga Muslim yang mengalami musibah kematian. Rasulullah merupakan orang pertama yang datang melayat ke rumah duka. Berikutnya, para tetangga, kerabat, sanak famili, dan handai tolan, datang pula berduyun-duyun untuk menyatakan duka dan belasungkawa. Dalam kerumunan para pelayat itu, Nabi menegaskan kembali misi utama kerasulannya, yaitu membangun dan mewujudkan kasih sayang.

Dalam kesempatan itu, Rasulullah SAW bersabda, ''Saudara-saudaraku, kalau ada di antaramu seseorang yang mati meninggalkan harta, maka hartanya itu harus dibagikan kepada ahli warisnya. Dan kalau ada yang mati meninggalkan utang yang besar atau tanggungan keluarga yang banyak, maka hendaklah kalian datang kepadaku, karena akulah penolong dan pelindungnya.'' (HR Muslim).

Apa yang dilakukan dan ditunjukkan Nabi di atas tak lain adalah wujud dari kasih sayangnya. Seperti dikemukakan, salah satu misi utama kerasulan beliau adalah membangun dan mewujudkan kasih sayang bagi seluruh alam. Ini sesuai dengan firman Allah SWT, ''Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.'' (Al-Anbiya: 107).

Kasih sayang Rasul dapat dilihat dari sifat-sifatnya yang sangat mulia. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran, beliau memiliki sifat lemah lembut kepada para sahabatnya, memaafkan mereka, bahkan memohonkan ampun kepada Allah atas dosa-dosa dan kesalahan mereka (Ali Imran: 159). Beliau juga pengasih dan penyayang. Firman Allah SWT, ''Sesungguhnya telah datang seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat mengharapkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.'' (At-Taubah: 128).

Menurut ulama besar Rasyid Ridha, ada tiga sifat Nabi yang sangat utama berdasarkan ayat di atas. Pertama, kepekaan sosial (sense of crisis) yang sangat tinggi, sehingga beliau dapat merasakan kesulitan dan penderitaan orang lain. Kedua, semangat kemajuan (sense of achievement), sehingga beliau tidak pernah berhenti berjuang dan bekerja keras untuk kemajuan dan kebahagiaan umat. Ketiga, pengasih dan penyayang. Sifat yang ketiga ini juga merupakan sifat Tuhan dan merupakan salah satu dari Nama-Nya Yang Indah (Asma' al-Husna).

Selanjutnya, Rasyid Ridha mengimbau kaum Muslim, khususnya para pemimpin, agar meneladani sifat-sifat Nabi yang amat mulia itu. Menurut Ridha, seorang pemimpin, baik pemimpin masyarakat apalagi pemimpin bangsa dan negara, wajib hukumnya memiliki tiga sifat Nabi seperti disebutkan di atas. Alasannya, menurut Ridha, tanpa tiga sifat itu seorang pemimpin tidak akan pernah memikirkan kepentingan dan kesejahteraan umat.

Kasih sayang memang tak cukup hanya diucapkan, tetapi harus dibuktikan. Sebagaimana Rasulullah telah membuktikannya, maka setiap Muslim, setingkat dengan kemampuan yang dimiliki, harus berusaha mewujudkan kasih sayang itu dalam kehidupannya, sehingga kehadirannya di tengah-tengah masyarakat benar-benar dirasakan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a'lam.
Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: “Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan:

“Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: “riya’, berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat.”

Perubahan Yang ditunggu di Indonesia

Perubahan Bangsa Indonesia

Bangsa Inondesia yang memiliki begitu banyak sumber daya alam yang berlimpah, dan berbagai budaya yang beraneka ragam serta karya seni yang menakjubkan. Sudah seharusnya bangsa ini YAKIN akan perubahan dan BANGGA sebagai bangsa sendiri yang bisa menjadi pemimpin bangsa lain di dunia.
Keyakinan ini harus tetap terpatri di dalam jiwa bangsa ini, dalam setiap langkah dan pengambilan kehbijakan. Baik individu, masyarakat, wakil rakyat dan pemerintah. Demi sebuah perubahan, setiap langkah dan pikiran diperjuangkan untuk kemajuan bangsa kita tercinta INDONESIA.

Diperlukan hal-hal berikut untuk mewujudkannya:

 Harus ada GERAKAN bersama semua pihak untuk Indonesia Raya (Kekompakan&Kebersamaan)
 Bersama bergerak PEDULI terhadap terpenuhinya keinginan rakyat Indonesia yang berkesinambungan (kepekaan sosial)
 Terbukanya peluang PENGUSAHA untuk berinvestasi di negeri ini dan terciptanya TENAGA KERJA yang dibutuhkan.
 Menanamkan NILAI-NILAI kepada masyarakat, wakil-wakil rakyat dan pemerintah untuk bersama BERKARYA dan PEDULI terhadap kemajuan bangsa ini.
 Siapapun pemimpinnya dan siapapun wakil rakyatnya harus berjuang dari HATI NURANINYA sendiri, bukan untuk menambah kekayaan pribadi dan kelompoknya melainkan untuk RAKYAT.

Sabtu, 20 Desember 2008

Konsep Sekolah Berbasis Karakter

Konsep sekolah kini tidak bisa lagi sekedar berbasis kompetensi akademik. Sesuai perkembangan zaman, para siswa bukan hanya dituntut pintar secara akademik, tapi juga harus peka lingkungan dan berkarakter. Konsep itulah yang seharusnya sudah mulai diantisipasi pihak sekolah.
Kunci sekolah berbasis karakter adalah penanaman tiga hal pokok pada siswa. yakni, konsep diri, perilaku, serta motivasi. Hal itu, lebih tepatnya mulai diterapkan sejak sekolah dasar (SD). Adapun cara agar ketiga hal tersebut terserap oleh siswa secara efektif adalah dengan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar (PBM) setiap hari di sekolah. Contoh pelajaran Biologi, siswa jangan hanya diterangkan mengenai kenapa burung bisa terbang, tapi juga apa yang harus dan tak boleh kita lakukan pada burung. Begitu pula dalam pelajaran Sejarah, siswa tidak hanya diajari bagaimana cara menghafal, tapi juga harus dibina untuk mengetahui manfaat pelajaran itu sendiri. Siswa akan berkembang jika cara pengajarannya seperti itu. Diharapkan tanggung jawab akan muncul dari siswa.
Sosok yang paling berperan dalam penerapan konsep ini bukan hanya guru, tapi juga orang tua. Orang tua harus berperan penuh dalam penanaman bilai-nilai cinta lingkungan di rumah. Sementara guru bersikap proaktif di sekolah untuk memasukkan unsur-unsur empati dalam setiap pelajaran.
Sebenarnya banyak sekolah yang sudah menuju sekolah berbasis karakter. Namun, mereka hanya sebatas menyosialisasikan dan menjadi sisipan. Padahal, seharusnya integrasi sisipan moral harus dimasukkan dalam silabus pendidikan. Artinya, guru harus menyiapkan sedini mungkin materi-materi sisipan dalam pelajaran sebelum masuk kelas atau yang sering disebut sebagai rencana pembelajaran. Sisipan motivasi, konsep diri, dan perilaku pada anak-anak sangat penting. Ini akan menjadikan meraka calon-calon pemimpin.
Penanaman karakter ini diharapkan bisa mengurangi problem berat yang dihadapi anak bangsa. Seperti, masalah ketidakdisiplinan, kurang empati, plagiat, tidak punya konsep diri, serta malas. Yang paling parah sifat inferiornya. Karena itu, motivasi sudah masuk top urgent. Dengan suntikan motivasi, siswa diharapkan dapat mengamalkan ilmu bukan hanya diri sendiri, tapi bisa bermanfaat bagi orang lain.HAL TERBARU
Berbagai bentuk sekolah muncul dengan "Brand" yang bermacam-macam.Ada sekolah yang berbasis IT. Ada juga sekolah yang berbasis tauhid.Aja juga sekolahyang diberi nama sekolah "kreatif",sekolah "terampil" Bahkan ada pula sekolah yang hanya mengandalkanhasil ujian nasional atau sering disebut dengan sekolah berbasis unas.Dari model yang digagas itu sengaja setiap sekolah menjualnama "Brand image". Hendak di bawa ke mana sekolah ini. Atau apa yangmenjadi kekuatan atau kelebihan bagi sekolah ini. Sekolah yangberbasis IT tentunya lebih menonjolkan IT sebagai penguat sekolah.Semua informasi ke orang tua, bahkan pembelajaran, melalui pendekatanIT. Sementara sekolah yang berbasis tauhid, lebih banyak padapendekatan spiritual.Sejak digulirkannya Ujian Nasional untuk SMP dan SMA serta UjianAkhir sekolah Berstandar Nasional (UASBN), banyak sekolah mendisainsekolah berbasis Ujian Nasional. Semua pendekatan pembelajaranmengarah pada hasil ujian akhir. Ranah kognitif menjadi vokus utama.Sementara untuk afektif dan psikomotor terabaikan. Hal ini telahmemunculkan berbagai polimek dalam pendidikan.Lebih tragis lagi, tidak jarang sekolah keluar dari koridor yangsesungguhnya dalam mendidik anak. Berbagai cara dilakukan agar hasilunasnya bisa tercapai maksimal, 100% dengan hasil terbaik. Praktikkecurangan dilakukan untuk membangun kepercayaan ke masyarakat bahwasekolah ini menghasilkan lulusan yang terbaik. Sampai-sampai munculberbagai kasus, ada yang mencuri soal, ada yang memberikan jawaban dikamar mandi, ada yang mengirimkan SMS, bahkan ada yang melakukankerjasama begitu rapi. Guru membuat kunci jawaban kemudian diberikankepada anak yang duduk di depan dan selanjutnya lembar jawabandiangkat supaya bisa ditiru oleh siswa yang di belakangnya. Jikapraktik seperti ini sudah dimulai sejak di SD. Kita bisamembayangkan, bagaimana pendidikan kita jika hal ini terus dilakukan?Bisa-bisa Indonesia akan meluluskan lulusan pembohong. Mudah-mudahanitu tidak terjadi.Berawal dari realita ini, kami mencoba untuk menggagas "SekolahBerbasis Barakater". Kami sangat menyadari bahwa Ujian Nasionalmeskipun mengundang pro dan kontra, tapi ini realita yang sudahmenjadi bagian dari system pendidikan di Indonesia. Dengan tujuanagar kualitas pendidikan di Indonesia meningkat. Untuk menjawab inisemua, para petinggi pendidikan yang bisa menjawab dengan realitayang ada sekarang ini."Sekolah Berbasis Karakter" kami gagas sejak bulan Januari 2007.konsep ini kami terapkan di Al-Azhar Kelapa Gading Surabaya. Konsepyang berbentuk buku ini telah diberi komentar oleh Mendiknas, Prof.Dr. H. Bambang Sudibyo, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Dr.Rasiyo, Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur, Dr. Daniel M. Rasyid.Rektor ITS Prof. Ir. Priyo Suprobo, MS., Ph.D Dan masih banyak lagikomentar dari para tokoh pendidikan di Jawa Timur.Di dalam Buku ini kami berusaha memberikan solusi terhadap masalahyang muncul dalam dunia pendidikan, terutama menyiapkan anak-anakdidik menjadi anak-anak yang memiliki kepribadian utuh. Selain tetappada system yang berjalan, kepribadian anak serta idealisme gurutetap terjaga. Saya tidak berharap dengan adanya sistyem yang adaini, menghapus berbagai potensi yang sudah dimiliki anak. Sehinggaterjadi pembunuhan karakter sejak dini atas nama pendidikan. Lebihjauh lagi, kita semua harus tetap menjaga karakter anak, jangansampai kejujuran mereka ternoda dengan kebohongan-kebohongan untuktujuan sesaat.Kami menuangkan konsep pendidikan yang bertumpu pada sifat dasarmanusia dengan menggunakan tiga pilar utama. Pertama, setiap manusiadilahirkan dalam keadaan fitrah, yaitu memiliki kecenderungan berbuatbaik. Untuk itulah sifat Rasulullah Muhammad SAW menjadi tauladanyang harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari agar fitrah ituterus terjaga. Jangan sampai karena tujuan sesaat itu merusak fitrahmanusia. Terutama anak-anak kita. Pilar pertama ini adalahpembentukan moral. Kedua, setiap anak cerdas. Artinya, tidak ada anakyang bodoh, semua anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Untukitulah kecerdasan yang berbeda itu perlu dikembangkan sesuai denganpotensinya. Pilar kedua adalah pengembangan kecerdasan majemuk.Ketiga, setiap aktifitas mempunyai tujuan, begitu pula dalampembelajaran. Untuk itu setiap pembelajaran lebih ditekankan padakebermaknaan pembelajaran. Apa artinya anak sekolah apabila tidakmemiliki makna buat anak itu serta ke depan untuk membangun bangsayang bermoral dan berwibawa. Untuk itulah berbagai pendekatan yangmampu menggugah anak untuk belajar mandiri dalam mencapai tujuannya.Kami berusaha mendekatkan antara output dan outcome.Dalam memahami tiga pilar yang ada, sekolah tidak bisa melangkahsendiri. Ketiga pilar itu perlu dukungan dari orang tua. Antarasekolah dengan orang tua saling memberikan dukungan. Dengan demikianakan terwujud sebuah harapan. Dan semua itu tidak lepas dari rasatanggung jawab yang kuat dan kerja keras untuk tujuan membangunkarakter anak bangsa. "Sekolah Berbasis Karakter" ini bisa diterapkanoleh siapa saja. Sebagaimana saran Dr. Rasiyo agar konsep ini bukanuntuk kalangan tertentu, tetapi semua kalangan bisa melaksanakan. Adabeberapa langkah yang bisa diterapkan dalam konsep ini.Pilar pertama: Pembentukan MoralPada pilar pertama ini penekananya pada pembiasaan dan pendampingan.Ada langkah-langkah untuk pembiasaan dan pendampingan: Pertama,memasukkan konsep moral pada setiap kegiatan pembelajaran dengancara: a) Menanamkan nilai kebaikan kepada anak (Knowing the good), b)Menggunakan cara yang membuat anak memiliki alasan atau keinginanuntuk berbuat baik (Desiring the good), c) Mengembangkan sikapmencintai perbuatan baik (Loving the good), d) Senantiasamelaksanakan perbuatan baik (Acting the good). Kedua, membuat slogan-sloga yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik dalam segala tingkah lakumasyarakat sekolah. Ketiga, pemantauan secara kontinyu ataupendampingan guru setiap saat. Pemantauan ini meliputi tiga hal,khususnya dalam soft competence, yaitu perilaku, kosep diri anak, danmotivasi. Keempat, pendampingan orang tua di rumah dengan memberikanpenilaian terhadap perilaku anak di rumah. Selanjutnyadikonsultasikan dengan guru di sekolah.Pilar kedua: Pengembangan Kecerdasan MajemukSetiap anak memiliki kecerdasan. Dengan kata lain, tidak ada anakyang bodoh. Profesor Howard Gardner dalam sebuah penelitiannyamenyatakan bahwa ada minimal 9 kecerdasan yang dimiliki oleh anak.Hal ini memberikan peluang kepada setiap manusia untuk mengembangkansetiap kecerdasan yang dimilikinya. Sembilan kecerdasan itu adalah,kecerdasan spiritual, linguistic, logis-matematik, visual-spasial,kinestetik-jasmaniah, musical, interpersonal, intrapersonal, dannatural.Dengan mengembangkan kecerdasan majemuk di sekolah, maka seorang gurubisa mengetahui gaya belajar anak sesuai dengan kecerdasan yangdimiliki oleh anak sehingga guru juga bisa menyesuaikan dengan gayamengajarnya. Selain itu, guru bisa mengembangkan potensi kecerdasanyang telah dimiliki sebagai benih awal untuk mengarah pada puncakprestasi dan kesuksesan anak. Hal ini dilakukan bersama orang tua.Selama ini masih banyak orang yang terpaku pada tes IQ yang telahdikembangkan oleh Binnet. Hal inilah yang sering membuat orang tuaresah. Dengan hasil tes IQ yang tidak menguntungkan seolah-olah sudahsuramlah masa depan anak. Sejak Daniel Goelman menginformasikan hasilpenelitiannya, bahwa kesuksesan anak 20% ditentukan oleh IQ sementara80% ditentukan oleh Emotional Quotient (EQ) dan Spiritual Quotient(SQ), maka ini dapat mengurangi keresahan orang tua.Pilar Ketiga: Kebermaknaan PembelajaranSekolah haruslah bermakna bagi siswa dan lingkungannya. Apa artinyaanak ke sekolah jika tidak memberikan manfaat. Banyak waktu yangdihabiskan oleh anak di sekolah tetapi tidak mendapatkan apa-apasehingga tidak jarang anak-anak merasa bosan di sekolah dan akhirnyamalas ke sekolah.Untuk mewujudkan agar pembelajaran memiliki kebermaknaan, maka adalangkah-langkah yang strategis untuk dilakukan oleh sekolah atauguru. Pertama, sekolah melihat kebutuhan anak dan masyarakat. Kedua,setiap guru menentukan tujuan materi yang diajarkan kepada anak. Adadua tujuan dalam proses pembelajaran, pertama higt base education,pendidikan yang berorientasi pada kejenjangan. Lulusan memiliki nilaiyang baik sehingga bisa memilih sekolah yang diharapkan. Kedua, broadbase education, pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup.High base education akan menghasilkan output yang baik dan broad baseeducation akan menghasilkan outcome yang berkualitas. Kami mencobamendekatkan antara output dengan outcome.